Sabtu Sepi: Cinta Yang Bersemi

Sepi dan sunyi itulah yang mewarnai Sabtu pagi ini (Sabtu Sepi atau Holy Saturday), setelah Yesus dimakamkan. Sementara itu memang hari ini adalah hari Sabat besar karena bertepatan dengan Perayaan Paskah Yahudi, maka suasana hening. Yesus terbaring dimakam yang rapat tertutup batu dengan meterai Romawi. Bahkan juga makam itu dijaga karena kawatir kalau jenasah Yesus dicuri. Kesunyian dan kesedihan juga meliputi diri Maria bersama para rasul. Kesedihan karena Yudas akhirnya ikut godaan setan, menjual sang Guru hingga ia sendiri mengakhiri hidupnya.
Dalam Syahadat dikatakan Yesus turun ke tempat penantian, ke Sheol dalam tradisi Yahudi. Yesus masuk ke dalam dunia orang mati. Inilah solidaritas–Nya dengan semua manusia, yang diawali-Nya dengan menerima baptisan dari Yohanes Pembaptis. Baptisan yang diberikan untuk pertobatan para pendosa dan Yesus memberi diri untuk menerimanya. Dalam kegelapan makam ini, Yesus merasakan kebersamaan dengan semua orang yang telah meninggal. Yesus pula yang akan membawa mereka semua bersama dengan Dia dalam kemuliaan-Nya.
Kegelapan makam, kegelapan malam mewarnai perjalanan malam ini. Inilah yang dinamakan Vigili, yakni malam berjaga. Sekarang kita tidak ingin melewatkan misteri utama dalam iman kita ini berlalu begitu saja. Maka semua umat pada malam ini berkumpul dan menyatukan hati bagi Yesus yang wafat untuk kita semua. Kita tidak ingin mendengarkan Yesus bertanya lagi, apakah kita tidak sangup berjaga bersama Dia dalam doa dan kesendirian–Nya. Inilah saatnya kita memberikan waktu kita bagi Tuhan, tidak lama untuk keseluruhan rutinitas yang biasa kita lakukan. Semuanya ini terjadi adalah untuk kita, kebahagiaan kita juga.
Di tengah kegelapan yang pekat inilah, tiba-tiba munculah cahaya yang kemudian menjadi terang, terang di tengah malam yang gelap. Sebuah perubahan besar terjadi, bukan hanya terang yang muncul, melainkan terang yang mengubah kegelapan malam. Ketika Yesus lahir, kegelapan malam dipecahkan oleh suara nyanyian para malaekat “Gloria” dan terangnya bintang. Inilah tanda kelahiran Sang Penyelamat. Sekarang kegelapan malam dipecahkan pula oleh Sang Sumber Terang itu sendiri, yakni Yesus yang bangkit mulia, yang keluar dari kegelapan makam. Seruan “Lumen Christi”– “Terang Kristus” atau “Kristus Cahaya dunia” bergema di kegelapan malam bersama dengan Terang yang mulai bercahaya. Kita semua dibangunkan, disadarkan bahwa Yesus sungguh Hidup selamanya.
Terang Kristus itu kemudian disambut dengan seruan “Alleluia.” Inilah seruan Pujian Agung yang memecahkan keheningan, kegelapan dan kematian menjadi terang dan kehidupan baru. Sukacita inilah yang menyertai Kebangkitan Yesus dari kematian-Nya. Maka terang, pujian dan sukacita meliputi seluruh dunia, karena Yesus Kristus telah bangkit mulia.Kebangkitan menjadi tanda jelas kemuliaan yang mengalahkan maut dan dosa.
Kebangkitan Yesus ini berarti bahwa Cinta dan Pengorbanan Yesus diterima oleh Bapa dan kemuliaan diberikan kepada Sang Putra. Bersamaan dengan itu pula keselamatan dianugerahkan kepada semua manusia. Oleh sebab itulah semua orang ditarik kepada keselamatan ini dan kita semua yang sekarang ada di dunia ini, hidup dalam suasana keselamatan. Pewartaan para rasul menunjukkan bahwa keselamtan ini sekali untuk selamanya. Oleh sebab itulah kita diajak untuk selalu bersatu denganNya. Kebangitan Yesus juga berarti kebangkitan kita. Kita yang seharusnya disalib, sekarang dibebaskan.
Selamat Paskah, selamat menghayati hidup baru di dalam Kristus Yesus yang bangkit mulia.
Romo Johanes Juliwan, SCJ
Login to post a comment.